Keseruan berburu gurita di pesisir Pulau Buku Limau |
Seandainya kita tahu lebih awal kalau ada petualangan seseru ini, mungkin sejak malam pertama kita akan berburu di Pulau Buku Limau. Sayangnya kelelahan mendera kami bertubi-tubi saat tiba di Buku Limau. Maklum saja selama hampir 1 jam perjalanan, kami diombang-ambing gelombang laut. Terpaksa fokus diawal kedatangan hanya untuk beristirahat. Beruntung di malam terakhir pemuda setempat mengajak kami berkeliling pesisir pulau untuk beburu gurita.
Berbeda dengan ikan, gurita mungkin satu dari sekian hasil laut yang tidak diolah oleh masyarakat Buku Limau. Menurut Eki kebanyakan masyarakat pulau hanya mengolah ikan dan tidak tertarik dengan gurita atau kepiting karang. Satu-satunya alasan kenapa banyak orang pulau yang berburu gurita di malam hari adalah harganya yang tinggi saat dijual di pasar Kota Manggar.
Petualangan kami pun dimulai, saat itu kami berenam menjajal setiap jengkal pesisir pantai Buku Limau. Malam hari kondisi pantai selalu surut dan pasang saat menjelang pagi.
Kita perlu membawa alat khusus untuk berburu gurita, seperti mata pancing sepanjang 3 centimeter yang tersambung ke sebilah tongkat kayu, senter sebagai satu-satunya sumber pencahayaan dan plastik untuk mengumpulkan semua hasil tangkapan. Sedangkan kami hanya berbekal kamera DSLR dan lighting.
Mengikuti Bang Eki Dan Kawannya sebagai pemandu pesisir |
Proses penarikan gurita dari persembunyiannya |
Tidak perlu waktu lama, gurita pertama yang kami temukan sedang asik bersembunyi tepat di bawah karang. Gurita pertama ini seklaigus menjadi pelajaran pertama untuk saya, Yayan, Fauzan dan Dede. Pelajaran tentang karakterisitik gurita karang dan bagaimana metode menangkapnya.
Sebagai orang awam kami berempat mulai tahu kalau gurita bukan sekedar hewan laut biasa, tapi memiliki segala kelebihan. Gurita adalah hewan dengan kemampuan melarikan diri yang luar biasa. Caranya adalah berkamuflase dengan lingkungan sekitar. Ini juga yang membuat kami awalnya kesulitan membedakan antara karang dan gurita. Apalagi gurita memiliki kromatofor atau ribuan sel dibawah kulit yang mampu merubah warna gurita dalam sekejap.
Ini gurita pertama, hasil perburuan sengit melawan tentakel. |
Kehati-hatian dan konsentrasi yang tinggi adalah kunci utamanya. Saat yakin dengan keberadaan gurita, mata pancing langsung digunakan untuk menarik gurita keluar dari persembunyiannya. Biasanya gurita akan mengeluarkan tinta hitam sebagai bentuk perlawanan.
Tetap tenang namun selalu sigap, saat gurita berhasil ditarik keluar ini tandanya kita sudah dekat dengan keberhasilan. Langkah selanjutnya adalah proses menangkap dan memindahkan gurita dari mata pancing ke plastik yang kami bawa
Proses terakhir ini seolah mudah namun sulit. Hal sulitnya adalah bagian berjibaku dengan tentakel gurita. Tapi berurusan dengan tentakel menyuguhkan sensasi tersendiri. Kita harus bertahan dari perlawanan gurita yang meronta bersama dengan tentakel yang panjangnya lebih dari 30 sentimeter.
Tentakel gurita ternyata memiliki otaknya sendiri. Bahkan dari satu tentakel memiliki 8 otak. Jadi wajar saja kalau bergerak menggunakan tentakel lebih cepat dan efektif bagi gurita. Setiap tentakel memiliki keahlian dalam bergerak bebas dan mampu merasakan benda apapun yang disentuhnya.
Ini juga yang saya rasakan saat mencoba memindahkan gurita dari pancing tentakel gurita akan bergerak dan mencengkram erat pergelangan tangan. Inilah bagian paling menarik saat berburu gurita dipesisir pantai Buku Limau.
Proses pelepasan gurita dari mata pancing |
Total 3 jam kami berburu dan total 10 gurita berhasil kami tangkap. Ini adalah pengalaman luar biasa dalam menaklukkan pesisir Pulau Buku Limau di malam hari. Emang boleh seseru ini😊😊
0 Komentar